Bahan Bakar Gas (BBG) sebagai pilihan yang bijak untuk mobil bekas maupun baru saat ini. Mengapa? Polusi telah mencemari udara di kota-kota besar seperti Jakarta, Medan, Surabaya, Semarang, dan sebagainya. Selain disebabkan oleh setelan mesin yang kurang pas, juga disebabkan oleh bahan bakar minyak (BBM).
Apalagi di Indonesia, belum ada ketentuan yang menetapkan agar seluruh kendaraan bermotor menggunakan BBM tidak mengandung timah hitam (unleaded fuel), dan oktannya tidak seragam.
Keadaan itu semua, selain membuat boros pemakaian BBM, juga mempercepat polusi udara. Padahal, bila kita tetap boros BBM, diperkirakan selepas tahun 2010, kemungkinan besar Indonesiaharus impor BBM.
Ancaman ini bakal terjadi bila pola konsumsi BBM kita terus menerus boros. Pemborosan juga bisa dikaji dari besarnya konsumsi energi per unit Produk Domestik Kotor (GDP).
Atas dasar keadaan ini, kepada kita sering disarankan untuk menggunakan BBM ber oktan tinggi serta ramah lingkungan, seperti Pertamax maupun pertalite.
Selain itu dapat menggunakan energi alternatif pengganti BBM yang salah satunya adalah penggunaan bahan bakar gas (BBG) untuk mobil.
Bahkan, selama ini disebut-sebut, cadangan gas bumi kita lebih besar dari cadangan minyak. Bahkan, begitu melimpahnya BBG, sebagian dibakar begitu saja, tidak termanfaatkan dengan baik.
Selama ini bahan bakar gas (BBG) pada mobil dikenal tidak menyisakan debu, sedangkan bensin atau solar meninggalkan residu.
Ini berarti, BBG mampu membuat pembakaran sempurna, benturan mesin rendah, daya tahan oli bisa tiga kali lipat karena mesin tidak harus bekerja ekstra keras, ring piston awet, tidak menimbulkan knocking (ngelithik), busi tidak cepat kotor, dan umur mesin bisa lebih awet.
Bagaimana gas bisa ditampung di mobil? Prinsip kerja yang digunakan adalah menggunakan perubahan tekanan.
BBG yang ada di tangki induk di Stasiun Pengisian Bahan Bakar Gas (SPBG), disalurkan lewat kompresor, diterima tabung-tabung bertekanan tinggi antara 200- 300 bar (2.900-4350 psig), lalu disalurkan lewat dispenser setelah tekanan diturunkan menjadi 200 bar.
Dengan cara ini, pengisian bahan bakar gas (BBG) ke mobil di SPBG hanya memerlukan waktu 3-6 menit.
Mobil Bahan Bakar Gas (BBG)
Salah satu kendala pemasyarakatan pemakaian bahan bakar gas (BBG) adalah, keraguan akan sistem keamanannya, takut meledak, lebih-lebih bila terjadi kebocoran.
Padahal, BBG yang dipakai untuk kendaraan, sama dengan yang digunakan untuk keperluan dapur, dan berbeda dengan LPG.
BBG berasal dari gas alam yang keluar dari perut bumi, setelah melalui proses “pemilahan” dari air, mineral dan sebagainya, lalu diambil gas methan-nya.
Hasil inilah yang digunakan untuk bahan bakar kendaraan, dapur dan industri. Dengan demikian, bila terjadi kebocoran, gas akan hilang di udara terbuka.
Sedangkan LPG, merupakan hasil penyulingan minyak, sehingga tingkat kepekaannya terhadap api makin besar.
Sekali lagi, persoalan belum populernya bahan bakar gas (BBG) lebih karena kurang dikenalkan ke masyarakat. Masyarakat sendiri masih mengira, BBG tidak aman.
Padahal, kenyataannya tidak demikian. BBG tidak sebahaya yang dibayangkan.
Negeri maju seperti AS, sudah lama menggunakan BBG, dan belum pernah terdengar ada kecelakaan karena tabung BBG meledak.
Mobil Bahan Bakar Gas (BBG) – Kanal Informasi